Kapolda NTT Peringatkan Kapolres Sumba Timur
Polisi adalah pelayan yang harus mampu memberikan perlindungan kepada masyarakat. “Kasarnya,
polisi itu jongos atau babunya masyarakat. Jadi sebagai polisi kita
harus sadar bahwa kita adalah pelayan masyarakat, sehingga tidak berbuat
dan bertindak yang aneh-aneh. Jangan preman berbaju polisi dengan
tindakan dan perbuatan yang tidak terpuji, sehingga bukan menimbulkan
kesejukan, tapi keresahan pada masyarakat,” ujar Kapolda NTT, Brigjen.
Ricky HP Sitohang dalam arahannya kepada Kapolres Sumba Timur dan
seluruh anggotanya di aula pertemuan kantor Polres Sumba Timur, belum
lama ini.
Kapolda juga men-deadline Kapolres Sumba Timur, AKBP I Made Damiri
Giri untuk segera memproses kasus penganiayan yang dilakukan anggota
Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Sumba Timur, Marianus terhadap
Hafid Harun Mudi warga Kelurahan Kamalaputih Kecamatan Kota Waingapu di
malam penutupan tahun 2011, Sabtu (31/12) lalu.
“Kapolres Sumba Timur, Anda saya kasih waktu selama satu minggu untuk
memproses kasus ini sesuai aturan yang ada. Dalam waktu satu minggu
saya sudah menerima laporan perkembangan penanganan kasus ini. Apapun
alasannya, mau dia mabuk atau jungkir balik tapi setiap warga masyarakat
harus dilindungi oleh polisi. Saya sudah berkali-kali berpesan kepada
semua Kapolres di NTT agar menegaskan kepada anggotanya masing-masing
untuk menghindari sikap arogansi kepada masyarakat karena polisi adalah
insan pelindung, pengayom dan bukan penganiaya masyarakat. Saya tidak
mau lagi dengar ada anggota polisi di lingkup Polda NTT yang melakukan
tindakan-tindakan yang tidak terpuji dan mencoreng citra Polri,” tegas
Kapolda, mengingatkan anggota polisi di seluruh NTT.
Kapolda juga menegaskan, dirinya tidak akan sungkan-sungkan mengambil
tindakan tegas terhadap anggota polisi yang melanggar aturan.
“Untuk melumpuhkan pelaku kejahatan, ada tahapannya. Bukan dikeroyok
dan digebukin. Sekarang bukan zamannya lagi kita melakukan tekanan dan
intimidasi kepada rakyat. Kita harus menciptakan kesejukan dan solusi
dalam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tunjukkan diri Anda sebagai
panutan masyarakat dan kalau dikritisi kita harus instrospeksi diri
bahwa hal itu pasti ada sebabnya. Kapolres juga harus mengawasi
anggotanya masing-masing agar tidak mengkonsumsi minuman keras atau
membekingi tindakan illegal,” tohoknya.
Pada kesempatn tersebut Kapolda juga menegaskan, anggota Polri
khususnya yang bertugas di wilayah NTT harus merubah sikap otoriter
menjadi humanis tapi tidak mengurangi ketegasan.
Dikatakan, dalam Renstra tahun 2012, Polri juga harus menjalin kemitraan dengan semua stakeholder yang ada.
Kepada wartawan usai memberikan pengarahan pada anggotanya, Kapolda
kembali mengungkapkan, sudah memwarning Kapolres dan Kasatreskrim Polres
Sumba Timur untuk segera menuntaskan penanganan kasus yang dinilai oleh
masyarakat masih mengendap di Polres Sumba Timur.
“Kunjungan kerja saya hari ini ke Sumba termasuk Sumba Timur adalah
untuk melihat langsung kondisi dan keberadaan anggota Polri di lingkup
Polda NTT. Jadi yang namanya polisi itu manusia biasa yang juga tidak
luput dari kesalahan. Polisi sekalipun berpangkat jenderal harus berani
meminta maaf bila melakukan tindakan yang tidak terpuji pada masyarakat.
Saya juga sudah perintahkan seluruh anggota Polres Sumba Timur termasuk
Kapolres untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama di waktu
jam sibuk dengan mengatur arus lalu lintas sehingga pengaturan lalu
lintas tidak hanya dilimpahkan dan menjadi tanggung jawab Satuan Lalu
Lintas tapi menjadi tanggung jawab bersama anggota Polres Sumba Timur
termasuk Kapolres,” tandasnya.
Disaksikan wartawan, kedatangan Kapolda NTT, Ricky Sitohang disambut
Bupati dan Ketua DPRD Sumba Timur, Gidion Mbilijora dan Palulu P Ndima
melalui pengalungan tenun ikat Sumba Timur.
By. JOE
sumber :
polisi itu jongos atau babunya masyarakat. Jadi sebagai polisi kita
harus sadar bahwa kita adalah pelayan masyarakat, sehingga tidak berbuat
dan bertindak yang aneh-aneh. Jangan preman berbaju polisi dengan
tindakan dan perbuatan yang tidak terpuji, sehingga bukan menimbulkan
kesejukan, tapi keresahan pada masyarakat,” ujar Kapolda NTT, Brigjen.
Ricky HP Sitohang dalam arahannya kepada Kapolres Sumba Timur dan
seluruh anggotanya di aula pertemuan kantor Polres Sumba Timur, belum
lama ini.
Kapolda juga men-deadline Kapolres Sumba Timur, AKBP I Made Damiri
Giri untuk segera memproses kasus penganiayan yang dilakukan anggota
Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Sumba Timur, Marianus terhadap
Hafid Harun Mudi warga Kelurahan Kamalaputih Kecamatan Kota Waingapu di
malam penutupan tahun 2011, Sabtu (31/12) lalu.
“Kapolres Sumba Timur, Anda saya kasih waktu selama satu minggu untuk
memproses kasus ini sesuai aturan yang ada. Dalam waktu satu minggu
saya sudah menerima laporan perkembangan penanganan kasus ini. Apapun
alasannya, mau dia mabuk atau jungkir balik tapi setiap warga masyarakat
harus dilindungi oleh polisi. Saya sudah berkali-kali berpesan kepada
semua Kapolres di NTT agar menegaskan kepada anggotanya masing-masing
untuk menghindari sikap arogansi kepada masyarakat karena polisi adalah
insan pelindung, pengayom dan bukan penganiaya masyarakat. Saya tidak
mau lagi dengar ada anggota polisi di lingkup Polda NTT yang melakukan
tindakan-tindakan yang tidak terpuji dan mencoreng citra Polri,” tegas
Kapolda, mengingatkan anggota polisi di seluruh NTT.
Kapolda juga menegaskan, dirinya tidak akan sungkan-sungkan mengambil
tindakan tegas terhadap anggota polisi yang melanggar aturan.
“Untuk melumpuhkan pelaku kejahatan, ada tahapannya. Bukan dikeroyok
dan digebukin. Sekarang bukan zamannya lagi kita melakukan tekanan dan
intimidasi kepada rakyat. Kita harus menciptakan kesejukan dan solusi
dalam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tunjukkan diri Anda sebagai
panutan masyarakat dan kalau dikritisi kita harus instrospeksi diri
bahwa hal itu pasti ada sebabnya. Kapolres juga harus mengawasi
anggotanya masing-masing agar tidak mengkonsumsi minuman keras atau
membekingi tindakan illegal,” tohoknya.
Pada kesempatn tersebut Kapolda juga menegaskan, anggota Polri
khususnya yang bertugas di wilayah NTT harus merubah sikap otoriter
menjadi humanis tapi tidak mengurangi ketegasan.
Dikatakan, dalam Renstra tahun 2012, Polri juga harus menjalin kemitraan dengan semua stakeholder yang ada.
Kepada wartawan usai memberikan pengarahan pada anggotanya, Kapolda
kembali mengungkapkan, sudah memwarning Kapolres dan Kasatreskrim Polres
Sumba Timur untuk segera menuntaskan penanganan kasus yang dinilai oleh
masyarakat masih mengendap di Polres Sumba Timur.
“Kunjungan kerja saya hari ini ke Sumba termasuk Sumba Timur adalah
untuk melihat langsung kondisi dan keberadaan anggota Polri di lingkup
Polda NTT. Jadi yang namanya polisi itu manusia biasa yang juga tidak
luput dari kesalahan. Polisi sekalipun berpangkat jenderal harus berani
meminta maaf bila melakukan tindakan yang tidak terpuji pada masyarakat.
Saya juga sudah perintahkan seluruh anggota Polres Sumba Timur termasuk
Kapolres untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama di waktu
jam sibuk dengan mengatur arus lalu lintas sehingga pengaturan lalu
lintas tidak hanya dilimpahkan dan menjadi tanggung jawab Satuan Lalu
Lintas tapi menjadi tanggung jawab bersama anggota Polres Sumba Timur
termasuk Kapolres,” tandasnya.
Disaksikan wartawan, kedatangan Kapolda NTT, Ricky Sitohang disambut
Bupati dan Ketua DPRD Sumba Timur, Gidion Mbilijora dan Palulu P Ndima
melalui pengalungan tenun ikat Sumba Timur.
By. JOE
sumber :
polisi itu jongos atau babunya masyarakat. Jadi sebagai polisi kita
harus sadar bahwa kita adalah pelayan masyarakat, sehingga tidak berbuat
dan bertindak yang aneh-aneh. Jangan preman berbaju polisi dengan
tindakan dan perbuatan yang tidak terpuji, sehingga bukan menimbulkan
kesejukan, tapi keresahan pada masyarakat,” ujar Kapolda NTT, Brigjen.
Ricky HP Sitohang dalam arahannya kepada Kapolres Sumba Timur dan
seluruh anggotanya di aula pertemuan kantor Polres Sumba Timur, belum
lama ini.
Kapolda juga men-deadline Kapolres Sumba Timur, AKBP I Made Damiri
Giri untuk segera memproses kasus penganiayan yang dilakukan anggota
Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Sumba Timur, Marianus terhadap
Hafid Harun Mudi warga Kelurahan Kamalaputih Kecamatan Kota Waingapu di
malam penutupan tahun 2011, Sabtu (31/12) lalu.
“Kapolres Sumba Timur, Anda saya kasih waktu selama satu minggu untuk
memproses kasus ini sesuai aturan yang ada. Dalam waktu satu minggu
saya sudah menerima laporan perkembangan penanganan kasus ini. Apapun
alasannya, mau dia mabuk atau jungkir balik tapi setiap warga masyarakat
harus dilindungi oleh polisi. Saya sudah berkali-kali berpesan kepada
semua Kapolres di NTT agar menegaskan kepada anggotanya masing-masing
untuk menghindari sikap arogansi kepada masyarakat karena polisi adalah
insan pelindung, pengayom dan bukan penganiaya masyarakat. Saya tidak
mau lagi dengar ada anggota polisi di lingkup Polda NTT yang melakukan
tindakan-tindakan yang tidak terpuji dan mencoreng citra Polri,” tegas
Kapolda, mengingatkan anggota polisi di seluruh NTT.
Kapolda juga menegaskan, dirinya tidak akan sungkan-sungkan mengambil
tindakan tegas terhadap anggota polisi yang melanggar aturan.
“Untuk melumpuhkan pelaku kejahatan, ada tahapannya. Bukan dikeroyok
dan digebukin. Sekarang bukan zamannya lagi kita melakukan tekanan dan
intimidasi kepada rakyat. Kita harus menciptakan kesejukan dan solusi
dalam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tunjukkan diri Anda sebagai
panutan masyarakat dan kalau dikritisi kita harus instrospeksi diri
bahwa hal itu pasti ada sebabnya. Kapolres juga harus mengawasi
anggotanya masing-masing agar tidak mengkonsumsi minuman keras atau
membekingi tindakan illegal,” tohoknya.
Pada kesempatn tersebut Kapolda juga menegaskan, anggota Polri
khususnya yang bertugas di wilayah NTT harus merubah sikap otoriter
menjadi humanis tapi tidak mengurangi ketegasan.
Dikatakan, dalam Renstra tahun 2012, Polri juga harus menjalin kemitraan dengan semua stakeholder yang ada.
Kepada wartawan usai memberikan pengarahan pada anggotanya, Kapolda
kembali mengungkapkan, sudah memwarning Kapolres dan Kasatreskrim Polres
Sumba Timur untuk segera menuntaskan penanganan kasus yang dinilai oleh
masyarakat masih mengendap di Polres Sumba Timur.
“Kunjungan kerja saya hari ini ke Sumba termasuk Sumba Timur adalah
untuk melihat langsung kondisi dan keberadaan anggota Polri di lingkup
Polda NTT. Jadi yang namanya polisi itu manusia biasa yang juga tidak
luput dari kesalahan. Polisi sekalipun berpangkat jenderal harus berani
meminta maaf bila melakukan tindakan yang tidak terpuji pada masyarakat.
Saya juga sudah perintahkan seluruh anggota Polres Sumba Timur termasuk
Kapolres untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama di waktu
jam sibuk dengan mengatur arus lalu lintas sehingga pengaturan lalu
lintas tidak hanya dilimpahkan dan menjadi tanggung jawab Satuan Lalu
Lintas tapi menjadi tanggung jawab bersama anggota Polres Sumba Timur
termasuk Kapolres,” tandasnya.
Disaksikan wartawan, kedatangan Kapolda NTT, Ricky Sitohang disambut
Bupati dan Ketua DPRD Sumba Timur, Gidion Mbilijora dan Palulu P Ndima
melalui pengalungan tenun ikat Sumba Timur.
By. JOE
Category:
0 komentar